Inilah petualangan kami,,,
Berawal dari rencana gagal muncak ke Rinjani karena banyak hal yang berubah di masa Pandemi ini, akhirnya kita mencari alternative lain yang lebih terjangkau baik itu dari segi waktu maupun biaya. Tidak butuh waktu lama buat nemu ide tempat yang menarik. Si Bray adalah kawan petualang saya yang ngasih ide buat ngebolang ke salah satu pulau yang ada di Teluk Tomini daerah Ampana Sulawesi Tengah. Kita mulai nyiapin serta nyusun rencana dalam waktu yang cukup singkat . kami akhirnya langsung mengurus cuti menyesuaikan dengan waktu yang telah kita tentukan. Kami memutuskan akan naik sepeda motor masing-masing agar lebih leluasa dan mengurangi beban ( klo boncengan capek wkwk ).Nah untuk rinciannya, langsung aja simak di cerita perjalanan ngebolang kami,,,
ini cuplikan perjalan kami klo mau nonton
part 1
part 2
part 3
Hari Pertama – Menuju ke Kota Kotamobagu
Tepat tanggal 21 Juni 2021 hari Senin, kami start dari Bandara Sam Ratulangi Manado menuju kota Tomohon. Yah melalui kota Tomohon ( jalur selatan ) adalah pilihan jalur yang telah kami rencanakan bersama, meski waktu tempu ke Kota Kotamobagu lebih lama dibandingkan dengan melalui jalur Utara ( lewat Amurang ). Perjalan ke Kota Tomohon tidak membutuhkan waktu lama dengan menggunakan sepeda motor , hanya sekitar 30 – 60 menit saja. Di sini kita makan siang dulu sekalian mengisi bahan bakar sampai full ( 30rb) dan membeli keperluan buat di jalan (minuman dan snack klo lapar di jalan hehehe, dengan kopi biar tidak mengantuk). Jam 14.30 Wita kami melanjutkan perjalanan menuju Kawangkoan salah satu daerah di Sulut yang terkenal dengan kacang tanahnya. sekedar info kami pake motor beat sama soul y, yang penting tangguh hehehe. Kemudian dari kawangkoan kami lanjut ke Ratahan, Mihasa Tenggara. Nah sepanjang Jl. Ratahan – Kotamobagu, banyak pemandangan-pemandangan yang cukup menarik untuk dinikmati. Seperti halnya saat berada disekitar kec. Belang sampai kec. Rototok yang memang berada di pingiran pantai. Sepanjang jl.Ratahan-Kotamobagu ini, dalam hati sudah nanya “kapan sampainya?”hehe karna uda pegal banget rasanya . Kita singgah beberapa kali untuk mengisi bahan bakar atau sekedar singgah untuk ke kamar mandi sekalian meluruskan badan karena rasanya itu udah kayak ngangkat beras sekarung coy wkwkw.
Tempat rebahan terakhir kami sebelum masuk ke Kotamobagu adalah alfamart Modoyag Induk di kec. Motongkad. Karena ud mulai gelap, kita langsung tancap gas menuju arah desa mooat dan keluar dari Jl. Ratahan - Kotamobagu. Dan ternyata cuy, jalannya itu tanjakan parah,sepih dan itu panjang banget ditambah uda gelap trus bensin tinggal sebatang. Untungnya ngak ada hujan waktu itu jadi ngak beku soalnya udaranya sudah dingin haha. Dalam hati hanya bisa ketawa sambal ngeliatin Sibray yang ternyata juga lagi kedinginan wkwkwk. Coba aja belum gelap pasti pemandangannya akan terlihat indah saat melewati jalan yang nanjak ini. Sarannya sih jangan ikuti jalan ini klo malam atau lagi hujan, seremm.
Beberapa saat kemudian akhirnya kami tiba di datarannya, dan itu buat legah soalnya takut klo sampai bensin habis tadi pas lagi nanjak-nanjaknya huff. Selanjutnya kita ketemu sama persimpangan jalan dari Amurang - Kotamobagu dan langsung tancap gas ke Pusat Kota Kotamobagu sekalian cari tempat makan malam. Sekitar pukul 18.30 wita akhirnya sampai di Kotamobagu dan langsung isi perut. Makanan disini kurang lebih harganya sama dengan di Manado dan Kotanya cukup ramai .
Setelah mengisi perut, kita langsung nyari penginapan yang terjangkau dan nyaman buat tidur tentunya. Dengan bantuan mbah Google dan aplikasi Travel, kita nemu Hotel "Tamasya Golden" dengan harga yang murah yaitu 220rb semalam plus sarapan ( meski sempat salah paham sama adminya dulu tadi wkwk). sarannya pesan dan bayar langsung melalui aplikasi duluan aja biar ngak ribet. menurut saya penginapannya cukup nyaman meski sudah terlihat tua.
disini kami istrahat dulu sambil merencanakan perjalan besok hari ... o yah Total perjalan kami dari Manado ke Kotamobagu sekitar 4,5 jam.
Masjid Agung di Kotamobagu
Hari ke 2 - Menuju ke Provinsi Gorontalo, 22 Juni 2021
setelah berbaring semalam dan cukup menghilangkan rasa nyeri di Punggung, kami melanjutkan perjalanan ke Kota Gorontalo. kami berangkat jam 09.19 wita dan tiba di perbatasan provinsi Sulawesi Utara - Gorontalo pada pukul 14.05 wita. Dari sini padahal sudah senang banget karena kirain sudah dekat dengan pelabuhan penyeberangan yang kami tuju, tapi ternyata masih butuh waktu 1,5 jam untuk tiba disana. selama perjalan juga saya sudah agak was-was takut ketinggalan kapal karena kapal berangkat pukul 18.00 wita , belum lagi harus melakukan antigen. namun bersyukur kami tiba sekitar jam 15. 30 wita.
Perbatasan masuk ke Prov.Gorontalo
Pelabuhan Penyeberangan Ferry Gorontalo
Setibanya kami di Pelabuhan Ferry Gorontalo, kami langsung pergi ke loket pembelian tiket dan tentunya kami disuruh antigen dulu sebelumnya. untungnya sudah tersedia di sekitar Pelabuhan tempat untuk melakukan antigen dan itu harus menunggu sekitar 30 menit untuk mendapatkan hasilnya. untunglah kami berdua dinyatakan negatif, jadi bisa lanjutkan rencana perjalanan. saya tidak membayangkan jadinya kalau salah satu dari kami ad yang positif , bisa-bisa beda cerita. Thanks to God.
Nah buat sekedar info saja, kami dari Gorontalo akan lanjutkan perjalan menggunakan kapal ke Wakai, salah satu desa di kab. Tojo Una-una dan sudah masuk Sulawesi Tengah ( wiuuuu beda provinsi lagi cuy hehehe). Jadwal dari Gorontalo ke Wakai hanya 2 x seminggu dengan KMP Tuna Tomini yaitu pada hari Selasa dan hari Jumat dan berangkat pukul 18.00 wita. dan ini adalah biaya penumpang dan kendaraan yang kami gunakan "Golongan ii – sepeda motor (<500CC) : Rp173,000".
sebelum kami naik kapal, kami memanfaatkan waktu buat makan serta membeli air minum dan cemilan yang berada di sekitar pintu masuk pelabuhan. saran aja siapa tau mau melakukan perjalanan juga, jangan lupa kendaraannya terlebih dahulu diisi full bahan bakar serta mengambil uang sesuai kebutuhan sebelum ke Wakai yy,,,
Pukul 19.00 wita kami berangkat dari pelabuhan Ferry Gorontalo dan rencana tiba setelah 12 jam perjalanan.
Hari ke - 3
23 Juni 2021 - Tiba di Kepulauan Togean yaitu Pulau Batudaka Desa Wakai - Sulawesi Tengah
Sekitar pukul 06.00 Wita matahari sudah bersinar saat kami tiba di Pelabuhan Wakai. Perjalanan dari Gorontalo semalam seakan hanya sebentar saja padahal hampir 12 jam kami berada di kapal. Mungkin ini karena gelombang yang tenang membuat tidur pun sangat lelap meski sesekali saya terbangun oleh aroma mie yang dibuat oleh seorang penumpang lain ( kelaparan tengah malam haha ). Pemandangan pagi dari Kapal sungguh memberikan rasa tentram di batin. Selain aktivitas warga yang sedang menunggu kapal berhenti dengan sempurna juga terlihat beberapa warga yang menghidupkan perahu mereka untuk bersiap mencari nafkah hari ini.
Tak butuh waktu lama untuk kami menunggu pintu kapal dibuka dan dipersilahkan keluar. saya tidak menyangka penumpang dari Gorontalo ke desa ini lumayan ramai dan terlihat saat keluar dari kapal sembari kami juga ikut dari belakang mengendarai sepeda motor . Saat ini mungkin hanya kami yang keluar dari kapal dengan berkendara ( Nomor Polisi kami juga beda sendiri ) sehingga beberapa pasang mata warga lokal ikut memberikan perhatian ke arah kami. Memang tidak semua penumpang kapal ikut turun karena mereka akan melanjutkan perjalanannya ke Kota Ampana, yang mungkin tiga hari kedepan akan kami kunjungi juga karena masuk dalam agenda perjalanan yang telah disusun oleh Bray dalam catatan ponselnya yang setiap kali dibanggakan saat saya mulai bertanya " kemana lagi kita y?", "seloww semua itu sudah diagendakan " jawabnya dengan santai, meski beberapa rencananya gagal haha.
lanjut,,,
Keluar dari Pelabuhan Wakai, kami mulai membuka maps dan mengendarai sepeda motor secara perlahan menyusuri Wakai yang cukup kecil. Wakai ini adalah sebuah desa yang berada di Kab. Una-Una Kec. Tojo Una-Una Prov. Sulawesi Tengah dan berada di Pulau Batudaka yang merupakan pulau terbesar di Kepulauan Togean ini.
Misi kami yang pertama di Desa ini adalah mencari penginapan murah dan nyaman pastinya. sesekali kami bertanya kepada warga sekitar untuk mendapatkan informasi. Setelah beberapa saat berkendara kami tiba di salah satu bangunan seperti kos-kosan bertingkat dan terlihat dari luar memiliki AC. kami pun segera turun dari motor dan langsung mencari pemilik untuk menanyakan. saya lupa waktu itu apakah karena masalah harga atau tempatnya yang full sehingga kami di arahkan ke sebuah rumah yang juga menyewakan kamar. sama seperti yang tadi, rumah yang kami datangi pun sudah penuh sehingga kami kembali diarahkan ke salah satu penginapan warga yang berada di pinggir laut. Tak berapa lama bertanya alamat yang diberikan tadi, kami pun tiba di sebuah rumah warga yang bertuliskan penginapan "Najwa Asyilah" . rumah sederhana yang berdiri di atas pinggir laut ini adalah penyelamat kami. segera kami menyapa seorang lelaki yang sedang asik mengobrol di depan teras bersama dengan tamunya. tak lama kami di ajak melihat kamar yang berada di ujung belakang dari rumah. bunyi lantai dari papan mengiringi langkah kami menuju kamar. namanya juga penginapan sederhana y jangan terlalu berharap banyak. tak kusangka rumah ini sangat panjang ke belakang , bagian belakang terdapat setidaknya empat kamar yang disewakan. tiga di antaranya sudah ada yang isi. Kami beruntung karena satu kamar terakhir ini sepertinya sudah disiapkan khusus bagi pelancong dari utara wkwkk. harga permalamnya hanya 100rb rupiah dengan 2 buah kasur, 1 kipas angin kecil serta meja nan imut tempat meletakkan barang-barang penting kami. "WOWW" saya kagum saat melangkah ke teras paling belakang. Pemandangan ke arah laut langsung menaikkan point penginapan ini. Teras yang cukup luas dengan sofa sederhana serta meja makan yang di atasnya sudah ada teh,kopi dan gula lengkap dengan air panasnya dalam termos ( gratis ). Kami bersantai sejenak sambil merapikan barang bawaan.
 |
Penginapan NAJWA |
 |
Teras belakang Penginapan Najwa |
Setelah istrahat sebentar, kami langsung beranjak dari penginapan untuk berkeliling melihat suasana pulau ini. Segera saja kami pilih satu motor untuk dikendarai yaitu motor punya saya ( wkwkw katanya lebih kuat ). Melewati pasar serta pelabuhan wakai kami meluncur ke arah barat mengikuti petunjuk dari maps. Sesekali berhenti untuk memastikan arah kami sudah benar dan kembali melanjutkan perjalanan. Setelah melewati PUSKESMAS Wakai, kami belok kanan kearah salah satu dermaga kecil yang membuat kami penasaran karena cukup banyak rumah penduduk disekitarnya. Dermaganya sepih, hanya beberapa perahu warga yang sedang menunggu penumpangnya. Katanya sih biasa dipakai oleh warga yang datang dari pulau-pulau sekitar. Mereka datang dengan beberapa urusan seperti pekerjaan dan lainnya. Setelah menikmati pemandangan dari dermaga ini, kami lanjutkan perjalanan kembali ke jalur sebelumnya. Perumahan pendudukpun semakin tidak ada yang terlihat, hanya perkebunan warga di samping kiri-kanan saat meyusuri jalanan. Kami menuju ke dermaga lain yang dekat dengan pulau Salaka, pulau kecil yang ramai dengan rumah-rumah penduduk mengelilingi pinggir pulau . Begitulah yang terlihat dari Google Maps hehe. Kami hanya bisa menatap pulau tersebut dari dermaga karena tidak tahu bagaimana cara sampai ke sana. Tidak tampak perahu warga di sekitar dermaga, mungkin karena hari sudah mulai sore. Menikmati sore dengan hembusan angin laut membuat mata sedikit mengantuk sehingga kami putuskan kembali ke penginapan untuk istirahat dan mencari makan malam di perkampungan penduduk.
Hari ke-4
24 Juni 2021 - Menjelajahi Kepulauan Togean
Mencari Kapal di Pelabuhan Wakai
 |
Berangkat dari Pelabuhan Wakai |
Hari ini kami lanjutkan rencana petualangan dengan memulai pencarian kapal menuju pulau Papan. Pelabuhan Wakai terlihat sepih dan tidak seperti sebelumnya karena memang masih suasana Covid-19. Kami sedikit kesusahan mencari kapal sehingga waktu juga banyak yang terbuang, sampai akhirnya nemu kapal penumpang yang siap membawah kami ke tujuan. Kalau tidak salah kami mebayar 300rb-500rb lupa pastinya. Kapal kami mulai melaju dari pelabuhan Wakai setelah menunggu para penumpang lain naik. Jalur yang kami lewati akan memakan waktu cukup lama karena harus keliling terlebih dahulu menurunkan penumpang ke beberapa desa yang ada di pulau Togean, salah satunya desa Lebiti. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan indah dari pulau-pulau kecil yang nampak tak berpenghuni serta lalu-lalang perahu warga yang sedang beraktifitas. Isi kapal kini tinggal kami bertiga dengan pemilik kapal. Mata sayup-sayup kini mulai terlihat di wajah kami karena lamanya waktu tempuh menuju pulau papan dengan jalur memutar ini.
Menikmati Indahnya Pulau Papan
 |
Tiba di Pulau Papan |
Mata kembali segar saat sudah terlihat sebuah pulau kecil nan indah yang disebut dengan pulau Papan. Pulau Papan, yang terletak di Kepulauan Togean, adalah salah satu destinasi yang menyuguhkan keindahan alam yang menakjubkan dan ketenangan yang sulit dicari di tempat lain. Pulau ini dikenal dengan pantainya yang putih bersih, air laut yang jernih, dan terumbu karang yang kaya akan keanekaragaman hayati. Pulau karang yang kecil ini rupanya dihuni oleh beberapa kepala keluarga suku Bajo. Kami turun dari kapal dan langsung menuju sebuah bukit batu atau lokasi tertinggi di pulau kecil ini. Kedatangan kami rupanya menarik perhatian anak-anak yang sedang bermain. Mereka cukup tanggap dengan kedatangan pengunjung seperti kami dan langsung kembali ke rumah mengambil kue untuk dijual ke kami. Rasa kue yang mereka jajahkan cukup enak dan kamipun menikmatinya bersama-sama di atas bukit sambil ngobrol tentang sekolah dan kegiatan mereka sehari-hari.
 |
Pemandangan dari Bukit di Pulau Papan |
Jembatan Papan Penghubung ke Pulau Malenge
Jembatan Papan adalah jembatan kayu yang menghubungkan Pulau Papan dengan Pulau Malenge. Jembatan ini memiliki panjang sekitar satu kilometer dan menjadi salah satu daya tarik utama di kawasan tersebut. Jembatan ini tidak hanya digunakan oleh penduduk setempat, tetapi juga menjadi jalur yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati pemandangan laut yang indah dan kehidupan sehari-hari suku Bajo yang tinggal di rumah-rumah di atas air. Sayangnya, beberapa bagian jembatan tampak terputus, membuat perjalanan kami harus menggunakan perahu ke bagian lainnya yang masih terhubung dengan pulau Malenge. Pemandangan di sekitar jembatan sangat memesona. Terlihat jelas terumbu karang yang indah seolah mengajak kami untuk turun lebih dekat. Si Bray sebenarnya ngajakin turun, namun saya sedikit takut karena arus yang terlihat cukup deras ditambah lagi angin cukup kuat. Kalau dia sih anak freedive , lah saya masih belajar berenang wkwk takutnya malah terjadi hal yang yang tidak diinginkan , apalagi susanana lagi sepih banget. Terpaksa kami hanya menikmati keindahan terumbu karang dari atas sambil berjalan menyusuri jembatan hingga ke pulau Malenge. Panas terik tidak begitu kerasa karena hembusan angin laut yang kencang membuat kami betah berlama-lama di sini sambil si Bray menunjuk kearah tiang-tiang penyangga jembatan. Sambil membungkuk memperhatikan benda berwarnah merah muda melengket ke tiang, saya kira itu hanya plastik yang tersangkut. Sambil mengabadikan benda tersebut Si Bray bilang kalau itu adalah karang Seafan. Maklum saya tidak banyak mengerti mengenai isi dari lautan.
Gagal Berenang Bersama Ubur-Ubur
Setelah beberapa saat minikmati ciptaan Tuhan yang begitu indah disini, segera kami mendekat ke bapak yang sabar nungguin kami di kapal untuk bergeser lagi ke destinasi berikutnya meski pengen banget berlam-lama disini. Sekedar informasi ternyata di pulau papan yang kecil ini terdapat penginapan sederhana yang mungkin mau bermalam saat datang berkunjung , bisa ni disini. Mesin kapal kembali menyalah diikuti suara bising dari mesin, membawah kami lanjut mengitari pulau menuju Danau Mariona atau Jelly Fish Lake. Tak terasa matahari sudah mulai tenggelam , kami tiba di Danau dan hanya melihat-lihat sebentar karena suasananya sedikit menyeramkan saat sore hari sehinngga kami putuskan tidak turun ke danau untuk melihat ubur-ubur langkah, yang sudah tidak menyengat lagi. Kami sepakat untuk datang keesokan harinya agar benar-benar bisa bertemu dengan gerombolan ubur-ubur ini. Meski gagal melihat ubur-ubur kali ini, tapi perjalanan pulang sangat syahdu karena ditemani sinar matahari tenggelam sepanjang jalan dan juga pemandangan beberapa resort di pulau-pulau kecil yang kami lewati. Kalau kata seorang blogger yang pernah kami baca pengalamannya saat kesini, dia menyebut sunset indah ini dengan kata " sunset dramatis " haha, saya lupa namanya (kalau saya sebutnya barbara haha tks bro) tapi berkat blognya , kami banyak mendapatkan petunjuk perjalanan di kepulauan Togean. Kapal membawah kami kembali ke pelabuhan Wakai melewati jalur barat yang memang seharusnya kami lewati saat datang berkunjung ke pulau papan,,( bukan malah keliling pulau wkwk),, Tiba di penginapan langsung bersih-bersih cari makan dan langsung merebahkan badan,, zzzz
Komentar
Posting Komentar